Jumat, 01 Mei 2015

Analisis Novel Kemi | Gila Kebebasan

KEMI

Novel karya Adian Husaini ini bermula dari retaknya persahabatan dua orang santri teladan pesantren Minhajul Abidin asuhan Kyai Aminudin Rois, yaitu Kemi dan Rahmat. Kemi terpengaruh Farsan, kakak kelasnya yang lebih dulu meninggalkan pesantren. Farsan menjanjikan kesejahteraan dengan beasiswa kuliah di Universitas Damai Sentosa.

Rahmat sahabat karib Kemi tergerak hatinya ingin mengembalikan sahabatnya kembali ke pesantren, Sebagai bekal Rahmat tokoh utama novel ini, memperdalam ilmunya kepada Kyai Fahim Rupawan (hal. 108) yang terkenal mumpuni dalam bidang pemikiran dan peradaban Islam. Setelah dirasa cukup dan mampu, akhirnya Rahmat dikirim ke Jakarta untuk menyadarkan Kemi. Dari pertemuan mereka, Rahmat mendapati Kemi sudah tidak seperti dulu lagi. Pemikirannya berubah, diskusi mereka membuat Rahmat sadar bahwa Kemi telah terjangkit virus liberalisme. Setiap agama itu memiliki kedudukan yang sama. Agamanya hanyalah simbolisasi dan esensinya mengarah pada Tuhan yang sama. Itulah pemahaman agama yang Kemi yakini sekarang.  

Bersama Siti, mahasiswi aktivis gender. Kemi dan kawanannya, aktif menyebarkan pemikiran ini melalui pelatihan di pesantren, kampus, dan tempat-tempat lainnya. Siti sempat membocorkan misi jahat aktifis liberal kepada Rahmat. Ia mengingatkan Rahmat untuk berhati-hati dengan siapa dia berhadapan.

Di kampus Damai Sentosa, Rahmat menemukan pemikiran liberal sudah merasuk ke setiap mahasiswa di kampus itu. Tetapi Rahmat tetap kepada pendiriannya, menjaga imannya dari setiap keyakinan yang tidak sesuai dengan Syariat agama Islam. Bahkan pada suatu saat, Rahmat mampu mematahkan argumen pemikiran liberal Rektor Universitas tersebut, Profesor Malikan (hal. 139).

Pergulatan Rahmat dalam membela pemikiran yang benar sesuai dengan syariat terus berlanjut, sampai akhirnya terkuak di balik aktivitas Kemi ternyata ada orang-orang yang menyebarkan pemikiran liberal demi uang dan cairnya dana asing yang menghendaki pemikiran liberal menyebar di masyarakat. Kasus ini berhasil diusut dengan ditangkapnya Roman yang diceritakan sebagai teman diskusi Kemi. Diakhir cerita Kemi yang luka parah tersadar akan kesalahan pilihannya.

Judul                           : Kemi (Cinta Kebebasan yang Tersesat)
Jenis Buku                   : Sebuah Novel
Penulis                         : Adian Husaini
Penerbit                       : Gema Insani
Cetakan Pertama         : September 2010 M / Syawal 1431 H.

1.      Tema Utama
Pembahasan novel ini cukub berani dengan mengangkat tema “Liberalisme”. Meski terbilang berat Adian Husaini mampu meramu cerita sehingga memahamkan pembaca tentang “apa itu Liberalisme?”. Perang pemikiran menjadi tema utama yang jika dibahas dalam diskusi-diskusi atau artikel-artikel ilmiah masih membingungkan bagi kalangan awam, apa itu liberal ?, apa itu sekularisme ?, apa itu feminisme?, dan lain sebagainya. Dalam setiap percakapannya, novel ini secara lugas menyatakan tentang perang pemikiran yang selama ini menyerang umat Muslim di dunia, khususnya di Negara kita Republik Indonesia. Perang ini sangat tersembunyi, sampai-sampai kita tidak sadar bahwa setiap saat kita bisa menghadapinya ataupun menjadi korbannya. Sebab itulah novel ini serasa mengajari kita agar memahami jalan pikiran yang salah, dan juga bagaimana seharusnya kita bisa memetakan pemahaman yang baik sesuai dengan keyakinan.

2.      Tema Bawahan
Novel KEMI ini telah disusun dengan tema bawahan berupa cerita persahabatan, cinta, dan kesetiaan, Adian Husaini telah menunjukkan kepada pembaca agar senantiasa mematuhi kata guru, dan jangan pernah menyepelekan persahabatan diatas cinta.


Oleh : Faqih Sulthan

Jangan baca buku ini bila anda mengharapkan kata-kata bermetafora. Novel ini hanya ada logika-logika, pemikiran-pemikiran dan argumentasi-argumentasi. Semuanya mengarah pada sebuah kesimpulan, bahwa memahami suatu agama tidak bisa "semaunya", semua sudah ada pedoman yang jelas.


0 komentar:

Posting Komentar