KEMI
Novel karya Adian Husaini
ini bermula dari retaknya persahabatan dua orang santri teladan pesantren
Minhajul Abidin asuhan Kyai Aminudin Rois, yaitu Kemi dan Rahmat. Kemi terpengaruh
Farsan, kakak kelasnya yang lebih dulu meninggalkan pesantren. Farsan
menjanjikan kesejahteraan dengan beasiswa kuliah di Universitas Damai Sentosa.
Rahmat sahabat karib Kemi tergerak hatinya ingin mengembalikan sahabatnya kembali
ke pesantren, Sebagai bekal Rahmat tokoh utama novel ini, memperdalam
ilmunya kepada Kyai Fahim Rupawan (hal. 108) yang terkenal mumpuni dalam bidang
pemikiran dan peradaban Islam. Setelah dirasa cukup dan mampu, akhirnya Rahmat
dikirim ke Jakarta untuk menyadarkan Kemi. Dari
pertemuan mereka, Rahmat mendapati Kemi sudah tidak seperti dulu lagi.
Pemikirannya berubah, diskusi mereka membuat Rahmat sadar bahwa Kemi telah
terjangkit virus liberalisme. Setiap agama itu memiliki kedudukan yang sama.
Agamanya hanyalah simbolisasi dan esensinya mengarah pada Tuhan yang sama.
Itulah pemahaman agama yang Kemi yakini sekarang.
Bersama Siti, mahasiswi aktivis gender. Kemi dan kawanannya, aktif
menyebarkan pemikiran ini melalui pelatihan di pesantren, kampus, dan
tempat-tempat lainnya. Siti sempat membocorkan misi jahat aktifis liberal
kepada Rahmat. Ia mengingatkan Rahmat untuk berhati-hati dengan siapa dia
berhadapan.
Di kampus Damai Sentosa, Rahmat
menemukan pemikiran liberal sudah merasuk ke setiap mahasiswa di kampus itu.
Tetapi Rahmat tetap kepada pendiriannya, menjaga imannya dari setiap keyakinan
yang tidak sesuai dengan Syariat agama Islam. Bahkan pada suatu saat, Rahmat
mampu mematahkan argumen pemikiran liberal Rektor Universitas tersebut,
Profesor Malikan (hal. 139).
Pergulatan Rahmat dalam membela
pemikiran yang benar sesuai dengan syariat terus berlanjut, sampai akhirnya terkuak
di balik aktivitas Kemi ternyata ada orang-orang yang menyebarkan pemikiran
liberal demi uang dan cairnya dana asing yang menghendaki pemikiran liberal
menyebar di masyarakat. Kasus ini berhasil diusut dengan ditangkapnya Roman
yang diceritakan sebagai teman diskusi Kemi. Diakhir cerita Kemi yang luka
parah tersadar akan kesalahan pilihannya.
Judul
:
Kemi (Cinta Kebebasan yang Tersesat)
Jenis
Buku : Sebuah
Novel
Penulis
:
Adian Husaini
Penerbit
: Gema Insani
Cetakan
Pertama : September 2010 M /
Syawal 1431 H.
1.
Tema Utama
Pembahasan novel
ini cukub berani dengan mengangkat tema “Liberalisme”. Meski terbilang berat
Adian Husaini mampu meramu cerita sehingga memahamkan pembaca tentang “apa itu
Liberalisme?”. Perang pemikiran menjadi tema utama yang jika dibahas dalam
diskusi-diskusi atau artikel-artikel ilmiah masih membingungkan bagi kalangan
awam, apa itu liberal ?, apa itu sekularisme ?, apa itu feminisme?, dan lain
sebagainya. Dalam setiap percakapannya, novel ini secara lugas menyatakan
tentang perang pemikiran yang selama ini menyerang umat Muslim di dunia,
khususnya di Negara kita Republik Indonesia. Perang ini sangat tersembunyi, sampai-sampai
kita tidak sadar bahwa setiap saat kita bisa menghadapinya ataupun menjadi
korbannya. Sebab itulah novel ini serasa mengajari kita agar memahami jalan
pikiran yang salah, dan juga bagaimana seharusnya kita bisa memetakan pemahaman
yang baik sesuai dengan keyakinan.
2.
Tema Bawahan
Novel KEMI ini telah disusun dengan tema
bawahan berupa cerita persahabatan, cinta, dan kesetiaan, Adian Husaini telah
menunjukkan kepada pembaca agar senantiasa mematuhi kata guru, dan jangan
pernah menyepelekan persahabatan diatas cinta.
Oleh : Faqih Sulthan
Jangan baca buku ini bila anda mengharapkan kata-kata
bermetafora. Novel ini hanya ada logika-logika, pemikiran-pemikiran dan
argumentasi-argumentasi. Semuanya mengarah pada sebuah kesimpulan, bahwa memahami
suatu agama tidak bisa "semaunya", semua sudah ada pedoman yang
jelas.
0 komentar:
Posting Komentar