Jumat, 01 Mei 2015

Analisis Cerpen Jemari Kiri | Noda Masa Lalu

Oleh   : Faqih Sulthan


Analisis Cerpen :
Jemari Kiri  karya Djenar Maesa Ayu
Kompas, Minggu, 26 April 2015.
Seni, Hlm: 27

I.                   Unsur Intrinsik

A.    Tema
Tema ibarat pondasi sebuah bangunan. Dengan kata lain tema adalah ide pokok atau tolak untuk bercerita. Setiap karya sastra selalu menawarkan tema, namun untuk menjelaskan tema itu sendiri bukan perkara yang mudah dilakukan. Ia harus dipahami melalu penafsiran dan data-data yang lain (Nugriyantoro, 2012 : 66). Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Menurut Nugriantoro (2012 : 77) Pengkategorian tema ada tiga sudut pandang diantaranya;
1.      Dikotomis (Tradisional dan Nontradisional)
Tema cerpen “Jemari Kiri” mendekati tema Nontradisional karena sifatnya yang tidak lazim (Kebenaran itu Tidak Adil). Nayla kembali menatap cicncin di jari manisnya. Cincin emas putih bertahkan permata itu tetap cantik terlihat. Tapi perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali melihatnya (Paragraf ke 15).
2.      Tingkatannya (Shiley)
Tema cerpen ini mendudukui tingkat ke empat yakni tema tingkat egoik. Manusia yang menuntut hak induvidunya secara batin (martabat, harga diri, dan jati diri). Salah satunya serlihat di paragraf pertama : Kesal sekali Nayla dibuanya. Bukan hanya karena ia sudah tak mampu lagi mengerjakan hal-hal besar dengan keseluruhan jemari di kedua tangannya saja. Tapi membersihkan kotoran yang menempel diduburnya setelah buang air besar pun ia tidak bisa.
3.      Keutamaannya
1.      Tema Utama    : Feminisme
Andai dulu Nayla tidak silau karena cincin emas putih.... (Paragraf 12)
2.      Tema Minor     : Keputusasaan
“Besok kita ke dokter lagi ya, Nay.” Nay tetap tidak mengatakan sepatah kata. (Paragraf terakhir)

B.     Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita menurut Abrams (1981: 20), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakanya. Sedangkan menurut Jones (1968), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Berikut Tokoh dan jenis penokohannya.
·         Nayla            :Tokoh Utama, Bulat, Bekembang, Netral
·        Suami/Pacar  :Tokoh Tambahan, Sederhana, Bekembang, Tripikal
·         Ibu               :Tokoh Tambahan, Protagonis, Sederhana, Statis, Tripikal
·         Gurun SD    :Tokoh Tambahan, Antagonis, Sederhana, Statis, Tripikal
C.    Latar atau Setting
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175). Artinya latar menjadi penting karena dibutuhkan oleh plot dan tokoh sebagai pengikat cerita.
1.      Waktu
Dalam bercerita “Jemari Kiri”, Djenar Maesa Ayu  berhasil mempermainka waktu, dengan membuat waktu mimpi seolah mengulang waktu ia masih SD, waktu ia dilamar oleh kekasihnya, waktu ia ditinggal pergi oleh suaminya.
2.      Tempat
Tokoh Nayla sebenarnya hanya berkutat di ranjang. Tapi penulis berhasil memperluas cakupan tempat hingga restoran dekat pantai, ruang tamu, kamar tidur, dan, dapur.
3.      Suasana
Dilema adalah suasana yang cocok untuk menggambarkan suasana dalam cerpen “Jemari Kiri”. Saat kegelisahan, ketakutan dan kekecewaan sama tidak pernah reda bahkan sampai terbawa ke dalam mimpi-mimpinya.
D.    Plot
Plot merupakan rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak yang menganggap plot adalah jalan cerita.  Namun sebenarnya semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugriyantoro (2012:111) bahwa mendefinisikan plot sebagai jalan cerita, sebenarnya kurang tepat. Forster (1970: 93) juga mengemukakan hal yang senada. Plot merupakan peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Guna mempermudah analisis plot cerpen “Jemari Kiri” berikut tahapannya :
1.      Abstrak: ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita.
2.      Tahap Penyesuaian: Nayla sudah mencoba berbagai cara agar jemari kirinya berfungsi normal kembali (Paragraf 2).
3.      Tahap Konflik: “Gelamun aja kerjaannya setiap hari. Perempuan ga ada gunanya sama sekali!” (Paragraf 7).
4.      Tahap Peningkatan Konflik: “Kalau saja percetraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti saya ceraikan kamu, perempuan jalang!” (Paragraf 13).
5.      Tahap Klimaks: Nayla pun segera berlarike dapur untuk mengambil pisau lalu memotong jari jemari tangan kirinya satu per satu. Betapa puasnya ia melihat jari jemarinya itu jatuh menimpa lantai batu..... (Paragraf 17).
6.      Tahap Penyelesaian: “Nayla kamu Cuma mimpi buuk lagi. Ada ibu di sini.” (Paragraf 19)

E.     Sudut Pandang
Elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalaah sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Semuanya yang ada dalam karya fiksi merupakan milik pengarang dan disalurkan lewat sudut pandang tokoh (Nugriyantoro, 2012: 248). Sudut pandangan tokoh merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh dalam cerita. Cerpen “Jemari Kiri” menggunakan  sudut pandang orang ketiga, yakni penyampaiaan tokoh “ia”, “dia” atau menyebut nama tokohnya; “Nayla”, “Ibu”, dan “Suami”.
F.     Konflik
Konflik yang tercipta dalam cerita “Jemari Kiri” adalah konflik Nayla dengan masa lalunya serta kekhawariran Nayla terhadap rumahtangganya.
G.    Pesan
Pesan yang tersirat dari cerpen “Jemari Kiri” ialah. Sesuatu hal yang sudah diputuskan akan selalu membawa resiko. Maka berdamailah dengan keputusanmu meski sebenarnya engkau menyesalinya.

II.                Unsur Ekstinsik
Unsur-unsur yang berada diluar karya sastra secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman  makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Nugriyantoro, 2012: 24)
A.     Latar Belakang Masyarakat
Faktor latar belakang masyarakat berpengaruh besar terhadap terbentuknya sebuah cerpen. Pengaruhnya dapat tercium dari materi cerpen tersebut. Seperti kajian  Ideologi negara, kondisi politik negara, kondisi sosial masyarakat, kondisi agama,  sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Djenar Maesa Ayu sebagai seorang penulis yang terlahir di Jakarta tahun 1973 sudah barang tentu tidak bisa lepas dari kekhasan kondisi masyarakat tempat ia tinggal. Seperti gaya dialog atar tokoh dalam cerpen “Jemari Kiri” (Paragraf  10) berikut;
Ga usah ngikutin saya. Mending kamu bersihin umah sana!” (gaya tutur masyarakat Jakarta). Berbeda ketika kita ubah,
Tak usah kau ikuti saya. Mending kau bersihkan umah sana!” (gaya tutur masyarakat Sumatara)
Dak usah gikut saya. Mending kamu bersih-bersih umah sana!” (Jawa)
B.     Latar belakang Pengarang
1.      Biografi
Djenar Maesa Ayu atau yang akrab disapa Nai adalah penulis yang berbakat. Nai yang lahir di Jakarta tanggal 14 Januari 1973 berasal dari keluarga seniman. Ayahnya, Syuman Djaya, adalah sutradara film dan ibunya, Tuti Kirana, adalah aktris terkenal  tahun 1970-an. Djenar memiliki dua orang anak, yaitu Banyu Bening dan Btari Maharani.
Sebagai pewaris darah seniman, wajar jika melihat dari Djenar Maesa Ayu sebagai sastrawan sastrawan yang handal.
2.      Kondisi Psikologi
Kondisi psikologi Djenar Maesa Ayu dapat terbentuk dari berbagai faktor diantaranya proses Djenar Maesa Ayu dalam bersastra. Nai mengaku dulu ia tidak terlalu pandai menulis, tapi kemudian ketika Nai memulai kiprahnya di dunia kepenulisan, ia bertemu sejumlah sastrawan Indonesia yang dijadikan guru penulisnya, seperti Seno Gumira Ajidarma, Budi Darma, dan Sutardji Coulzum Bachri.
Selain itu faktor keluarga nampaknya juga mempengaruhi kreteria karya Djenar Maesa Ayu. Nai menikah dengan Ei Wijaya yang ia kenal sejak usianya 12 tahun. Namun mereka bercerai setelah 14 tahun menikah. Nai mengaku perceraiannya disebabkan karena perbedaan mendasar antara visi dan pandangan hidup yang sebenarnya telah ada sejak pertama kali mereka bertemu. Hal ini yang kemudian barangkali menguatkan Djenar Maesa Ayu di jalur feminisme.
3.      Aliran Sastra
Karya pertama Nai adalah cerpen Lintah yang dimuat di harian Kompas (2002) yang memaparkan banyak fakta bertema feminisme. Nai adalah feminis tanpa jargon yang melawan ketabuan dengan tulisan. Karya tulisnya sering dianggap banyak kritikus sastra sebagai karya yang mengelaborasi tema seksualitas dan dunia perempuan. Seperti karya Nai yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! yang naik cetak untuk yang kedua kalinya setelah dua hari kumpulan cerpen ini diterbitkan, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga tak kalah fenomenalnya dan bahkan sempat mengundang kritik.

Hampir di setiap karyanya yang terbit selalu disertai kontroversi, menuai pujian maupun kritikan pedas. Namun ia tetap berani dalam mengekspresikan tulisannya. Ibu dua anak ini berpendapat bahwa setiap pembaca pasti membutuhkan diskusi tentang hal-hal yang selama ini selalu dianggap tabu.

ARGUMEN

Menurut saya pribadi, judul cerpen kurang menggairahkan pembaca. Terlepas dari itu Secara strukturnya, cerpen ini sangat menarik karena berhasil mengejutkan saya. Sehingga cerpen ini sangat layak untuk dibaca.





DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literay Terms, New York: Holt, Rinehart and Winston.
Foster, E.M. 1970. Asoect of The Novel. Hormondswort: Penguin Book.
Jones, Edward H. 1968. Outlines of Literature: Short Stores, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company
Nugriyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Jogja: UGM
http://profil.merdeka.com/indonesia/d/djenar-maesa-ayu/



















0 komentar:

Posting Komentar