Oleh :
Faqih Sulthan
Analisis Cerpen :
Jemari
Kiri
karya Djenar Maesa Ayu
Kompas, Minggu, 26 April 2015.
I.
Unsur Intrinsik
A.
Tema
Tema ibarat pondasi sebuah bangunan.
Dengan kata lain tema adalah ide pokok atau tolak untuk bercerita. Setiap karya
sastra selalu menawarkan tema, namun untuk menjelaskan tema itu sendiri bukan
perkara yang mudah dilakukan. Ia harus dipahami melalu penafsiran dan data-data
yang lain (Nugriyantoro, 2012 : 66). Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa
kategori yang berbeda tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan.
Menurut Nugriantoro (2012 : 77) Pengkategorian tema ada tiga sudut pandang
diantaranya;
1.
Dikotomis
(Tradisional dan Nontradisional)
Tema cerpen “Jemari Kiri” mendekati tema
Nontradisional karena sifatnya yang tidak lazim (Kebenaran itu Tidak Adil). Nayla kembali menatap cicncin di jari
manisnya. Cincin emas putih bertahkan permata itu tetap cantik terlihat. Tapi
perasaannya tidak sama dengan ketika Nayla pertama kali melihatnya (Paragraf
ke 15).
2.
Tingkatannya
(Shiley)
Tema cerpen ini mendudukui tingkat ke
empat yakni tema tingkat egoik. Manusia yang menuntut hak induvidunya secara
batin (martabat, harga diri, dan jati diri). Salah satunya serlihat di paragraf
pertama : Kesal sekali Nayla dibuanya.
Bukan hanya karena ia sudah tak mampu lagi mengerjakan hal-hal besar dengan
keseluruhan jemari di kedua tangannya saja. Tapi membersihkan kotoran yang
menempel diduburnya setelah buang air besar pun ia tidak bisa.
3.
Keutamaannya
1.
Tema
Utama : Feminisme
Andai dulu Nayla
tidak silau karena cincin emas putih.... (Paragraf 12)
2.
Tema
Minor : Keputusasaan
“Besok kita ke
dokter lagi ya, Nay.” Nay tetap tidak mengatakan sepatah kata. (Paragraf
terakhir)
B.
Tokoh dan
Penokohan
Tokoh cerita menurut Abrams (1981:
20), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakanya. Sedangkan menurut Jones (1968), penokohan adalah pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Berikut Tokoh dan jenis
penokohannya.
·
Nayla :Tokoh
Utama, Bulat, Bekembang, Netral
·
Suami/Pacar :Tokoh Tambahan, Sederhana, Bekembang,
Tripikal
·
Ibu :Tokoh Tambahan, Protagonis,
Sederhana, Statis, Tripikal
·
Gurun
SD :Tokoh Tambahan, Antagonis,
Sederhana, Statis, Tripikal
C.
Latar atau
Setting
Latar atau setting yang disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Abrams, 1981: 175). Artinya latar menjadi penting karena dibutuhkan oleh plot
dan tokoh sebagai pengikat cerita.
1.
Waktu
Dalam bercerita “Jemari Kiri”, Djenar
Maesa Ayu berhasil mempermainka waktu,
dengan membuat waktu mimpi seolah mengulang waktu ia masih SD, waktu ia dilamar
oleh kekasihnya, waktu ia ditinggal pergi oleh suaminya.
2.
Tempat
Tokoh Nayla sebenarnya hanya berkutat di
ranjang. Tapi penulis berhasil memperluas cakupan tempat hingga restoran dekat
pantai, ruang tamu, kamar tidur, dan, dapur.
3.
Suasana
Dilema adalah suasana yang cocok untuk
menggambarkan suasana dalam cerpen “Jemari Kiri”. Saat kegelisahan, ketakutan
dan kekecewaan sama tidak pernah reda bahkan sampai terbawa ke dalam
mimpi-mimpinya.
D.
Plot
Plot merupakan rangkaian peristiwa yang
menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak yang menganggap plot
adalah jalan cerita. Namun sebenarnya semua
aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nugriyantoro (2012:111) bahwa mendefinisikan plot sebagai jalan
cerita, sebenarnya kurang tepat. Forster (1970: 93) juga mengemukakan hal yang
senada. Plot merupakan peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada
adanya hubungan kausalitas.
Guna mempermudah analisis plot cerpen
“Jemari Kiri” berikut tahapannya :
1.
Abstrak:
ringkasan
ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian
peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita.
2.
Tahap
Penyesuaian: Nayla sudah mencoba berbagai
cara agar jemari kirinya berfungsi normal kembali (Paragraf 2).
3.
Tahap
Konflik: “Gelamun aja kerjaannya setiap
hari. Perempuan ga ada gunanya sama sekali!” (Paragraf 7).
4.
Tahap
Peningkatan Konflik: “Kalau saja
percetraian bukan aib buat keluarga besar saya yang terpandang, sudah pasti
saya ceraikan kamu, perempuan jalang!” (Paragraf 13).
5.
Tahap
Klimaks: Nayla pun segera berlarike dapur
untuk mengambil pisau lalu memotong jari jemari tangan kirinya satu per satu.
Betapa puasnya ia melihat jari jemarinya itu jatuh menimpa lantai batu..... (Paragraf
17).
6.
Tahap
Penyelesaian: “Nayla kamu Cuma mimpi buuk
lagi. Ada ibu di sini.” (Paragraf 19)
E.
Sudut Pandang
Elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun
cerita pendek adalaah sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang
pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Semuanya yang ada dalam
karya fiksi merupakan milik pengarang dan disalurkan lewat sudut pandang tokoh
(Nugriyantoro, 2012: 248). Sudut pandangan tokoh merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam
pandangan tokoh-tokoh dalam cerita. Cerpen “Jemari Kiri” menggunakan sudut
pandang orang ketiga, yakni penyampaiaan tokoh “ia”, “dia” atau menyebut
nama tokohnya; “Nayla”, “Ibu”, dan “Suami”.
F.
Konflik
Konflik
yang tercipta dalam cerita “Jemari Kiri” adalah konflik Nayla dengan masa
lalunya serta kekhawariran Nayla terhadap rumahtangganya.
G.
Pesan
Pesan yang tersirat dari cerpen “Jemari
Kiri” ialah. Sesuatu hal yang sudah diputuskan akan selalu membawa resiko. Maka
berdamailah dengan keputusanmu meski sebenarnya engkau menyesalinya.
II.
Unsur Ekstinsik
Unsur-unsur yang berada diluar karya
sastra secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun, akan membantu
dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat
bahwa karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Nugriyantoro,
2012: 24)
A.
Latar Belakang Masyarakat
Faktor latar belakang masyarakat
berpengaruh besar terhadap terbentuknya sebuah cerpen. Pengaruhnya dapat
tercium dari materi cerpen tersebut. Seperti kajian Ideologi negara, kondisi politik negara,
kondisi sosial masyarakat, kondisi agama, sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Djenar
Maesa Ayu sebagai seorang penulis yang terlahir di Jakarta tahun 1973 sudah barang tentu tidak bisa lepas
dari kekhasan kondisi masyarakat tempat ia tinggal. Seperti gaya dialog atar
tokoh dalam cerpen “Jemari Kiri” (Paragraf
10) berikut;
“Ga usah ngikutin
saya. Mending kamu bersihin umah sana!” (gaya tutur masyarakat Jakarta). Berbeda
ketika kita ubah,
“Tak usah kau
ikuti saya. Mending kau bersihkan umah sana!”
(gaya tutur masyarakat Sumatara)
“Dak usah gikut
saya. Mending kamu bersih-bersih umah sana!” (Jawa)
B.
Latar belakang
Pengarang
1.
Biografi
Djenar Maesa
Ayu atau yang akrab disapa Nai adalah penulis yang berbakat. Nai yang lahir di
Jakarta tanggal 14 Januari 1973 berasal dari keluarga seniman. Ayahnya, Syuman
Djaya, adalah sutradara film dan ibunya, Tuti Kirana, adalah aktris
terkenal tahun 1970-an. Djenar memiliki dua orang anak, yaitu Banyu
Bening dan Btari Maharani.
Sebagai pewaris darah seniman, wajar jika
melihat dari Djenar Maesa
Ayu sebagai sastrawan sastrawan yang handal.
2.
Kondisi
Psikologi
Kondisi
psikologi Djenar Maesa Ayu dapat terbentuk dari berbagai faktor diantaranya
proses Djenar Maesa Ayu dalam bersastra. Nai mengaku dulu ia tidak terlalu
pandai menulis, tapi kemudian ketika Nai memulai kiprahnya di dunia
kepenulisan, ia bertemu sejumlah sastrawan Indonesia yang dijadikan guru
penulisnya, seperti Seno Gumira Ajidarma, Budi Darma, dan Sutardji Coulzum
Bachri.
Selain itu
faktor keluarga nampaknya juga mempengaruhi kreteria karya Djenar Maesa Ayu. Nai
menikah dengan Ei Wijaya yang ia kenal sejak usianya 12 tahun. Namun mereka
bercerai setelah 14 tahun menikah. Nai mengaku perceraiannya disebabkan karena
perbedaan mendasar antara visi dan pandangan hidup yang sebenarnya telah ada
sejak pertama kali mereka bertemu. Hal ini yang kemudian barangkali menguatkan Djenar
Maesa Ayu di jalur feminisme.
3.
Aliran Sastra
Karya
pertama Nai adalah cerpen Lintah yang dimuat di harian Kompas (2002) yang
memaparkan banyak fakta bertema feminisme. Nai adalah feminis tanpa jargon yang
melawan ketabuan dengan tulisan. Karya tulisnya sering dianggap banyak kritikus
sastra sebagai karya yang mengelaborasi tema seksualitas dan dunia perempuan.
Seperti karya Nai yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! yang naik cetak
untuk yang kedua kalinya setelah dua hari kumpulan cerpen ini diterbitkan,
Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga tak kalah fenomenalnya dan bahkan
sempat mengundang kritik.
Hampir di setiap karyanya yang terbit selalu disertai kontroversi, menuai pujian maupun kritikan pedas. Namun ia tetap berani dalam mengekspresikan tulisannya. Ibu dua anak ini berpendapat bahwa setiap pembaca pasti membutuhkan diskusi tentang hal-hal yang selama ini selalu dianggap tabu.
ARGUMEN
Menurut saya pribadi, judul cerpen
kurang menggairahkan pembaca. Terlepas dari itu Secara strukturnya, cerpen ini
sangat menarik karena berhasil mengejutkan saya. Sehingga cerpen ini sangat
layak untuk dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams,
M.H. 1981. A Glossary of Literay Terms,
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Foster,
E.M. 1970. Asoect of The Novel. Hormondswort:
Penguin Book.
Jones,
Edward H. 1968. Outlines of Literature: Short
Stores, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company
Nugriyantoro,
Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi.
Jogja: UGM
http://profil.merdeka.com/indonesia/d/djenar-maesa-ayu/
0 komentar:
Posting Komentar