Sabtu, 21 Februari 2015

Analisis Novel Azab dan Sengsara | Selalu Ada Balasan

Novel Azab dan Sengsara 

Tema yang diangkat dalam novel Azab dan Sengsara tentang kebiasaan buruk masyrakat akan berbuah azab dan sengsara. Sebelum menkajian novel ini, berikut tokoh-tokoh sekaligus watak yang bermain dalam kisah Azab dan Sengsara; Mariamin (gadis baik), Aminu’ddin (Laki-laki baik), Nuri (ibu mariamin sederhana), Ayah aminu’ddin (bijak), Kasibun (jahat), Marah Saito (penghasut). Novel ini akan banyak interaksi tokoh yang menimbulkan reaksi sosial. Maka lewat tindakan sosial novel ini akan dukupas sesuai perinsip sosial. 

Teori tindakan sosial max weber

Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Hubungan sosial menurut Weber  yaitu suatu tindakan dimana beberapa aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masing individu berinteraksi dan saling menanggapi
Max Weber dalam (J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006:18) mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat yaitu;

a.       Rasionalitas instrumental
Tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan sosial ini terjadi ketika Aminu’ddin lebih memilih mematuhi ayahnya untuk menikahi gadis pilihan ayahnya meski sebenarnya ia mencintai Mariamin ketimbang gadis itu. Konsekuan yang diterima Aminu’ddin adalah kesedihan dan kekecewaan.

b.      Rasionalitas yang berorientasi nilai
Alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Tindakan sosial ini tersirat ketika Sutan Barigin ayah Maramin ketika muda menghambur-hamburkan uang untuk berjudi dan foya-foya. Harta adalah lat yang tujuannya tergantung pertimbangannya. Andai Sutan Barigin tidak bersifat sombong, tamak, malas mungkin Azab serta kesengsaraan tidak akan menimpa anaknya yakni mariamin.

c.       Tindakan tradisional
Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar  atau perencanaan. Tindakan sosial ini mencerminkan sifat ayah Aminu’ddin yang berpegang teguh terhadap adat. Ia menikahkan Aminu’ddin dengan gadis yang menurutnya pantas menurut strata sosial. Baginda diatas atau ayah Aminu’ddin menolak untuk menikahkan anaknya dengan Mariamin

d.      Tindakan afektif
Tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan refleksi emosional dari individu. Tindakan Sosial tersebut terjadi ketika suami Mariamin yaitu Kasibun marah dan memukul Mariamin sejadi-jadinya karena tersulut api cemburu melihat Aminu’ddin kekasih lama Mariamin datang kerumahnya.

Menurutnya bahwa keempat tindakan tersebut sulit diwujudkan dalam kenyataan, namun apapun wujudnya hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan.


Seregar Merari. 2000. Azab dan Sengsara. Jakarta. Balai Pustaka

Analisis Novel Salah Asuhan | Lebih Baik Dijodohkan

Novel Salah Asuhan

karya Abdoel Moeis

Amanat novel Salah Asuhan dapat diperoleh melalu perwatakan tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut beberapa perwatakan yang tersirat oleh interaksi para tokoh dalam novel terbitan tahun 1928 ini.          
  
1.      Hanafi
i)        Sombong
·         Hanya mau bergaul dengan bangsa belanda
·         Mengacuhkan nasehat ibunya
ii)      Tidak tau diri
·         Mengganti identitas kebangsaannya
·         Menelantarkan istri sekaligus anak dari orang yang sudah membiyayai hidupnya saat sekolah di HBS
iii)    Mudah terpengaruh
·         Gaya hidupnya yang kebarat-baratan semnjak hidup di Batavia bersama keluarga belanda.
iv)    Pemarah
·         Sifat marah hanfi keterlaluan hingga Istri, anak, ibu bahkan kekasihnya Corrie ikut jadi korban.
v)      Mudah putus asa
·         Sikap acuh yang ditunjukan ketika patah hati, cintanya ditolak oleh Corrie.
·         Tindakan bunuh diri dengan meminum enam butir sublimat karena kematian Corrie
vi)    Tidak bertanggung jawab
·         Istri dan anak yang menjadi tanggung jawabnya justru ditelantarkan demi Corrie.
·         Membiarkan Corrie kabur ke Semarang
2.      Corrie
i)        Patuh
·         Corrie sangat patuh pada ayahnya yang tidak menginginkan hubungannya dengan pemuda melayu
ii)      Baik hati
·         Corrie tak memandang bangsa seseorang. Hal ini ia tunjukan ketika dengan menerima pinangan Hanafi
iii)    Sensitif
·         Karena prasangka Hanafi terhadap Corrie telah berselingkuh. Corrie pergi dari rumah.
iv)    Lemah lembut
·         Meski sudah lama tidak bertemu Hanafi, Corrie masih membuka hati.
3.      Rapiah
i)        Setia
·         Walau sudah mendapatkan perlakuan tidak baik dari suaminya yaitu Hanafi. Rapiah masih menantikan kepulangan suaminya dari betawi yang diketahu telah berpindah hati ke Corrie.
ii)      Sabar
·         Tidak pernah mengeluh, sakit hati terhadap sifat kasar suaminya.
·         Tak pernah marah meski sering diperlakukan seperti pembantu ketika kawan-kawan belanda Hanafi.
iii)    Sopan
·         Walau berlatar belakang sebagai orang mampu Rapiah tidak pernah bersikap semena-mena terhadap suami dan ibu Hanafi.
iv)    Baik hati
·         Rela mengurus anaknya sendirian demi suaminya yang sibuk bekerja.
4.      Ibu Hanafi
i)        Penyayang
·         Sayang Ibu Hanfi tercermin ketika anaknya patah hati sampai sakit-sakitan
ii)      Pekerja keras
·         Demi anak semata wayangnya ibu Hanfi, ia sekuat tenaga berjuang agar anaknya bias sekolah tinggi sampai ke Betawi.
iii)    Pembalas budi
·         Dilatarbelakangi rasa sungkan kepada keluarga Rapiah, Ibu Hanafi membujuk Hanafi agar mau menikah dengan Rapiah.

Novel ini mengajari kita bahwa tak selamnya cinta sejati harus dikejar. Sebab bisa jadi cinta yang dipilihkan ibu justru tepat dan baik untuk kita. Cuku Hanafi sebagai contoh agar kita tidak meniru watak sombongnya. Corrie juga mengajarikita berfikir realistis. Melalu Rapiah kita juga belajar arti keseriusan dan kesetiaan. Sedang Ibu Hanafi memberikan kita teladan meski tanpa suami bukan berarti tidak bias menyekolahkan anak setinggi tingginya.


 Moeis Abdoel., Salah Asuhan, Jakarta, Balai Pustaka, 1928.