Sabtu, 21 Februari 2015

Analisis Novel Siti Nurbaya | Berkumpul dalam Kubur

Novel Siti Nurbaya

Judul Buku      : Siti Nurbaya
Pengarang       : Marah Rusli
Tebal               : 271 halaman
Penerbit           : Balai Pustaka
Tempat Terbit  : Jakarta

Diceritakan hidup seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya anak dari saudagar kaya di Padang bernama Baginda Sulaiman. Karena kekayaan Baginda Sulaiman timbul kebencian Datuk Maringgih orang kaya yang kikir dan jahat. Maka melalui kaki tangannya pendekar tiga, empat, dan lima. Datuk Maringgih melancarkan niatnya yakni melenyapkan semua kekayaannya dengan mebakar tiga toko dan menenggelamkan perahu perahu berisi muatan. Hal ini membuat Baginda Sulaiman jatuh miskin. Kemudian Datuk Maringgih datang  bermaksut memberikan pinjaman sebesar sepuluh ribu. Baginda Sulaiman tidak menaruh curiga. Diterimalah pinjaman itu dengan harapan hasil kebun kelapanya biasa mengembalikannya. Namun saying uang pinjaman yang semula untuk membangun toko itu, ketika ditagih oleh Datuk Maringgih. Saying Uang Baginda Sulaiman tidak mencukupi karena kebun kelapanya tidak berbuah akibat diobat bawahan Datuk Maringgih tanpa sepengetahuan Baginda sulaiman.
Datuk maringgih tidak mau tahu. Uang pinjaman harus kembali kalu tidak ia kan dipenjarakan. Datuk Maringgih memeberi pilihan untuk menyerahkan anaknya untuk dinikahinya. Mendengar ancaman itu. Siti Nurbaya terpaksa menuruti permintaan Datuk Maringgih. Kabar pernikahan Siti Nurbaya belum sampai kepada  Samsul Bahri anak penghulu padang Sutan Mahmud Syah, karena ketika itu Samsul Bahri berada di Jakarta menyelasaikan sekolah doternya. Setelah setahun di Jakarta saat libur bulan puasa Samsul Bahri pulang ke Padang. Segera Samsul Bahri menemui kedua orangtuanya Sutan Mahmud Syah dan ibunya Siti Maryam. Melalui orang tua Samsul ia mengetahui berita pernikahan Datuk Maringgih dengan kekasihnya Siti Nurbaya. Segera Samsul berkunjung ke rumah Baginda Sulaiman yang saat itu sedang sakit parah. Baginda Sulaiman menceritakan semua yang terjadi kepada Samsul. Malamnya samsul sembunyi-sembunyi menemui Situ Nurbaya. Di bawah pohon mereka melampiaskan kerinduan dengan bercumbu dan berciuman. Kejadian ini diketahui Datuk Maringgih, dan terjadi pertengkaran hebat. Samsul dipukul lantas tersungkur jatuh, seketika Siti Nurbaya berteriak histeris. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya. Berniat bangkit karena khawatir namun justru ia terjatuh dan seketika meninggal.
Ayah Siti dimakamkan di gunung Padang. Samsul harus menerima hukuman ayahnya kembali ke Jakarta karena perbuatanya yang membuatnya sebagai penghulu menjadi malu dihadapan warga-warga. Kematian ayah Siti, Membuat siti semakin membenci Datuk Maringgih. Sikap Siti yang keras mengundang kemarahan Datuk dan berencana membunuhnya sekalian. Berbagai cara ia coba, namun akhirnya racun yang ditaruh oleh bawahan Datuk Maringgih akhiri mengahiri hidup Siti Nurbaya. Kematian Siti disusul ibu Samsul. Mengetahui itu Samsul hampir bunuh diri namun digagalkan kawanya Zaninul Arifin. Namun Kabar Kematian Samsul karena bunuh diri terlanjur sampai pada Datuk Maringgih dan Sutan Mahmud.
Berkat perawatan dokter Samsul Bahri terselamtkan. Akhirnya Samsul memutuskan untuk keluar dari sekolah dokter dan masuk sekolah militer. Ia meminta kabar kehidupannya disembunyikan. Di sekolah militer dalam waktu sepuluh tahun Samsul menjadi letnan dan memiliki panggilan baru yakni letnan mas.
Letnan Mas ditugaskan keaceh untuk menangani pemberontakan di sana. Dalam tuganya ia berkunjung ke makam ibunya yang kebetulan berdampingan dengan Siti Nurbaya dan ayah Siti. Tanpa diduga dipemakaman itu ia bertemu dengan Datuk Maringgih yang tenyata sekaligus ketua dari pemberontakan. Melihat kesempatan itu lantas Samsul memrondong Datuk dengan peluru sampai mati namun Datuk sempat member perlawanan dengan pedangnya mengenai kepala Samsul. Samsul dilarikan ke rumah sakit. Disana ia meminta agar ayahnya penghulu Sutan Mahmud Syah datang. Dinafas terahir Samsul ia meminta maaf akan semua kesalahannya, dan meminta agar jenazahnya nanti dimakamkan didekat makam kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu terkabul bersamaan kematian Ayah Samsul yang dirundung penyesalan. Maka berjajar kelima kuburan Baginda Sulaiman, Siti Mariam, Siti Nurbaya, Samsul Bahri, Sutan Mahmud Syah.

0 komentar:

Posting Komentar