Novel Siti Nurbaya
Judul Buku : Siti Nurbaya
Pengarang : Marah Rusli
Tebal : 271 halaman
Penerbit : Balai Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta
Diceritakan
hidup seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya anak dari saudagar kaya di
Padang bernama Baginda Sulaiman. Karena kekayaan Baginda Sulaiman timbul
kebencian Datuk Maringgih orang kaya yang kikir dan jahat. Maka melalui kaki
tangannya pendekar tiga, empat, dan lima. Datuk Maringgih melancarkan niatnya
yakni melenyapkan semua kekayaannya dengan mebakar tiga toko dan menenggelamkan
perahu perahu berisi muatan. Hal ini membuat Baginda Sulaiman jatuh miskin.
Kemudian Datuk Maringgih datang
bermaksut memberikan pinjaman sebesar sepuluh ribu. Baginda Sulaiman
tidak menaruh curiga. Diterimalah pinjaman itu dengan harapan hasil kebun
kelapanya biasa mengembalikannya. Namun saying uang pinjaman yang semula untuk
membangun toko itu, ketika ditagih oleh Datuk Maringgih. Saying Uang Baginda
Sulaiman tidak mencukupi karena kebun kelapanya tidak berbuah akibat diobat
bawahan Datuk Maringgih tanpa sepengetahuan Baginda sulaiman.
Datuk maringgih
tidak mau tahu. Uang pinjaman harus kembali kalu tidak ia kan dipenjarakan.
Datuk Maringgih memeberi pilihan untuk menyerahkan anaknya untuk dinikahinya.
Mendengar ancaman itu. Siti Nurbaya terpaksa menuruti permintaan Datuk
Maringgih. Kabar pernikahan Siti Nurbaya belum sampai kepada Samsul Bahri anak penghulu padang Sutan
Mahmud Syah, karena ketika itu Samsul Bahri berada di Jakarta menyelasaikan
sekolah doternya. Setelah setahun di Jakarta saat libur bulan puasa Samsul
Bahri pulang ke Padang. Segera Samsul Bahri menemui kedua orangtuanya Sutan
Mahmud Syah dan ibunya Siti Maryam. Melalui orang tua Samsul ia mengetahui
berita pernikahan Datuk Maringgih dengan kekasihnya Siti Nurbaya. Segera Samsul
berkunjung ke rumah Baginda Sulaiman yang saat itu sedang sakit parah. Baginda
Sulaiman menceritakan semua yang terjadi kepada Samsul. Malamnya samsul
sembunyi-sembunyi menemui Situ Nurbaya. Di bawah pohon mereka melampiaskan
kerinduan dengan bercumbu dan berciuman. Kejadian ini diketahui Datuk
Maringgih, dan terjadi pertengkaran hebat. Samsul dipukul lantas tersungkur
jatuh, seketika Siti Nurbaya berteriak histeris. Teriakan Siti Nurbaya
terdengar oleh ayahnya. Berniat bangkit karena khawatir namun justru ia
terjatuh dan seketika meninggal.
Ayah Siti
dimakamkan di gunung Padang. Samsul harus menerima hukuman ayahnya kembali ke
Jakarta karena perbuatanya yang membuatnya sebagai penghulu menjadi malu
dihadapan warga-warga. Kematian ayah Siti, Membuat siti semakin membenci Datuk
Maringgih. Sikap Siti yang keras mengundang kemarahan Datuk dan berencana
membunuhnya sekalian. Berbagai cara ia coba, namun akhirnya racun yang ditaruh
oleh bawahan Datuk Maringgih akhiri mengahiri hidup Siti Nurbaya. Kematian Siti
disusul ibu Samsul. Mengetahui itu Samsul hampir bunuh diri namun digagalkan kawanya
Zaninul Arifin. Namun Kabar Kematian Samsul karena bunuh diri terlanjur sampai
pada Datuk Maringgih dan Sutan Mahmud.
Berkat
perawatan dokter Samsul Bahri terselamtkan. Akhirnya Samsul memutuskan untuk
keluar dari sekolah dokter dan masuk sekolah militer. Ia meminta kabar
kehidupannya disembunyikan. Di sekolah militer dalam waktu sepuluh tahun Samsul
menjadi letnan dan memiliki panggilan baru yakni letnan mas.
Letnan Mas
ditugaskan keaceh untuk menangani pemberontakan di sana. Dalam tuganya ia berkunjung
ke makam ibunya yang kebetulan berdampingan dengan Siti Nurbaya dan ayah Siti.
Tanpa diduga dipemakaman itu ia bertemu dengan Datuk Maringgih yang tenyata
sekaligus ketua dari pemberontakan. Melihat kesempatan itu lantas Samsul
memrondong Datuk dengan peluru sampai mati namun Datuk sempat member perlawanan
dengan pedangnya mengenai kepala Samsul. Samsul dilarikan ke rumah sakit.
Disana ia meminta agar ayahnya penghulu Sutan Mahmud Syah datang. Dinafas
terahir Samsul ia meminta maaf akan semua kesalahannya, dan meminta agar
jenazahnya nanti dimakamkan didekat makam kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan
itu terkabul bersamaan kematian Ayah Samsul yang dirundung penyesalan. Maka
berjajar kelima kuburan Baginda Sulaiman, Siti Mariam, Siti Nurbaya, Samsul Bahri,
Sutan Mahmud Syah.
0 komentar:
Posting Komentar