Novel Salah Pilih
Judul Buku : Salah Pilih
Nama pengarang : Nur St. Iskandar
Penerbit, Cetakan Ke- : Balai Pustaka, 27
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit
Cetakan pertama : 1928
Cetakan kedua puluh tujuh : 2006
Jumlah Halaman : 262 halaman
Ukuran : 14 X 20,5 cm
Nama pengarang : Nur St. Iskandar
Penerbit, Cetakan Ke- : Balai Pustaka, 27
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit
Cetakan pertama : 1928
Cetakan kedua puluh tujuh : 2006
Jumlah Halaman : 262 halaman
Ukuran : 14 X 20,5 cm
Di novel ini
diceritakan hidup sebuah keluarga di daerah Sungai Batang, Minanjau, Suku
Minang, Sumatra Barat. Di keluarga ini, Ibu Mariati menjadi tulang punggung
dari kedua anaknya. Yakni Asri semabagi anak kandung laki-lakinya dan Asnah sebagai
anak angkat perempuan. Maryati dikenal sebagai ibu yang baik hati dan ringan
tanggan terhadap sesama. Maka tak heran ketika kedua orang tua Asnah meninggal,
dengan sukarela Maryati merawat dan menghidupi Asnah sebagai anak angkat.
Dibantu Liah,
atau biasa dipanggil Mak Cik Lia, Ibu Maryati tanpa ada pilih kasih, Ia merawat
Asri dan Asnah. Bahkan semenjak Asnah masuk kedalam keluarga Maryati. Asri merasa
terhibur memiliki teman bermain dan tempat bercerita. Begitu pula Ibu Maryati,
Ia begitu senang dengan sifat baik, cerdas, telaten yang dimiliki Asnah. Kehidupan
keluarga ini begitu harmonis hingga Asri dan Asnah menginjak usia dewasa.
Persaudaraan Asri
dengan Asnah sangat erat. Sampai-sampai mereka tahu semua rahasia dari
masing-masing mereka, bahkan ibu mereka Maryati tidak mengetahuinya. Hanya satu
rahasia yang tidak diketahi Asri, kalau Asnah ternyata memendam perasaan cinta
kepada Asri.
Sayang, Ibu
Maryati meminta Asri untuk segera menikah. Asnah tahu, tentu bukan dia yang
akan dinikahi. Mengingat adat yang memang melarang pernikahan sesuku. Alhasil
Asri menjatuhkan pilihannya pada gadis cantik anak bangsawan bernama Saniah,
yakni adik kandung mantan kekasihnya dulu. Akhirnya Asri dan Saniah bertunangan
lalu menikah.
Saniah adalah
anak bungsu Ibu Saleah dari tiga bersaudara; Rusiah, Kaharudin dan Saniah
sendiri. Ibu Saleah dikenal begitu teguh memengang adat sukunya. Ia sejak kecil
sudah terbiasa dengan semua harta kekayaan. Terlebih setelah menikah dengan
Datuk Indomo. Hal ini yang kemudian menulari Saniah menjadi orang yang sombong,
angkuh, manja, egois, merendahkan orang lain. Sifat-sifat Saniah tersebut yang
kemudian membuat kehidupan rumah tangga Asri dengannya.tidak bahagia.
Apapun tindakan
Asri menjadi serba salah. Semua itu tidak lepas dari mertuanya, Ibu Saleah yang
menyetir Saniah untuk mengikuti adat. Sedang Asri adalah orang yang berpikiran
merdeka. Akibat adat yang kolot, Saniah tidak suaka bergaul dengan tetangganya
yang ia pandang tidak sederajat. Karena sikap istrinya, Asri menjadi ikut
dibenci tetangganya.
Kenyataan ini kemudian
membuat Ibu Maryati ibunda Asri jatuh sakit dan semakin parah hingga
menyebabkan Ia mati. Kematian Ibu Maryati memperburuk hubungan Asri dengan
Saniah. Asri tersadar bahwa cinta yang sebenarnya adalah Asnah. Terlebih
sebelum ibunya meninggal, ibunya menyesal memaksanya untuk segera menikah. Dan
Ia berpesan untuk menikahi Asnah sebab dalam agama membolehkan pernikahan beda
darah meski sesuku.
Suatu saat Asri
dibuat cemburu ketika datang kawan lamanya bernama Hasan Basri meminta izin
untuk melamar adiknya Asnah. Karena perasaan yang tak karuan, Asri tak mampu
memutuskan dan meminta agar Hasan menayai langsung Asnah. Namun apa yang
terjadi, Asnah justru menolak lamar Hasan. Sikap ini disambut gembira oleh
Asri, mengetahui perasaan cinta yang tak bias dipungkirinya.
Hubungan Asri
dengan Asnah dicurigai oleh Saniah. Lantas Saniah menghardik Asnah dengan
segala hinaan. Kelakuan Sanih yang kelewatan membuat dalam keluarga itu terjadi
pertengkaran hebat. Akhirnya Asnah memilih untuk pergi ke rumah bu Mariah adik
almarhum Ibu Maryati.
Kepergian Asnah
bukanya memeperbaiki hubungan Asri dan Saniah justru membuat Asri jarang di
rumah dan memilih menyibukan dirinya di masyarakat dengan membuat koprasi dan
sekolahan. Saniah merasa dicampakan ia marah dan kabur dari rumah pulang ke
ibunya. Kebetulan saat itu Ibu Saleah mendengar kabar anak keduanya Kaharudin,
diam-diam akan menikahi anak rakyat jelata. Ibu Saleah geram, bersama Saniah mereka
berdua buru-buru pergi menyusul Kaharudin untuk membatalkan pernikahan anaknya.
Naas, dalam perjalanan mobil yang mereka tumpangi jatuh kejurang. Membauat Ibu
Saleah dan Saniah termasuk sopir bayarannya tewas.
Asri begitu
sedih mendengar kabar kematiann istrinya. Meski istrinya bukan stri yang baik
ia merasa bersalah belum mampu membimbingnya. Kini Asri hanya tinggal bersama
Mak Cik Lia. Berhari-hari ia memikirkan saudar tirinya Asnah. Kemudian setelah
meminta pertimbangan Mak Cik Lia. Akhirnya Asri memutuskan untuk menyumbangkan
semua hartanya kepada masjid, sekolahan dan menyerahkan harta istrinya pada
saudara-saudara Saniah.
Asri berpikir
jika ia menikahi Asnah di daerahnya tentu atas nama adat, Ia akan diusir dengan
tidak terhormat. Maka Asri memilih untuk merantau ke jawa mengajak Asnah untuk
menikah di sana. Kengan kosnsekuensi memulai kehidupan dari nol.
Benar saja meski
hidup dengan keterbatasaan dan kesederhanaan, pernikahan mereka membuat
kehidupan mereka bahagia dan harmonis. Suatu saat ditengah rutinitas mereka di
Jawa. Tepatnya di Jakarta. Tanpa diduga datang surat dari kampung halaman yang
berisi Asri dan Asnah diminta untuk kembali ke Maninjau. Sebab tidak ada yang
bias menggantikan kepiawaian Asri memimpin daerahnya. Tanpa pikir panjang
keduanya segera pulang walau berat juga meninggalkan kawan-kawan di Jakarta.
Sesampainya di Maninjau mereka berdua disambut dengan meriah. Menginggat
jasa-jasa Asri pada daerahnya dan kelembutan tabiat Asnah.
0 komentar:
Posting Komentar