Ramalan
Jayabaya
[117]
Mbesuk yen ana kreta lumaku tanpa turangga
Tanah Jawa kalungan wesi
Prahu lumaku ing dhuwur awang-awang
Kali gedhe ilang kedunge
Pasar ilang kumandange
Hiya iku pertandhane tekane zaman
Kababare jangka Jayabaya wus amprepeki
|
[117]
Kelak bila ada kereta berjalan tanpa kuda
Tanah Jawa berkalung besi
Perahu berjalan di angkasa
Sungai besar hilang lubuknya
Pasar kehilangan gaungnya
Itulah tanda-tanda akan tiba zaman
Dimana ramalan Jayabaya akan mendekati kenyataan
|
Akan tiba masa kereta atau kendaraan yang berjalan dengan tenaga mesin,
bukan lagi dengan hewan ataupun manusia. Pulau Jawa berikut pulau-pulau kecil
lainya dikelilingi rel-rel kereta api. Kapal benar-benar dapat terbang di
atas awan. Sungai tak memiliki lubuk, sebab bendungan/waduk banyak dibangun
dimana-mana. Pasar tradisional kehilangan kalah pamor dengan pasar moderen,
seperti mall, plaza, minimarket, on-line shop. Inilah tanda-tanda saat
ramalan Jayabaya segera menjadi nyata. Fenomena ini menjelaskan adanya babak
baru perubahan sosial ekonomi masyarakat yang begitu drastis. [117]
|
[118]
Rawa dadi bera
Iblis anjalma manungsa
Iblis mendhilis
Manungsa sara
Jarang doyan sambel
Kreta arodha papat setugel
Wong bener thenger-thenger
Bejane seng lali
Bejane sing eling
Nanging iseh bejo seng waspadha
|
[118]
Rawa
mengering
Iblis menjelma
manusia
Iblis muncul
dalam kejahatan
Manusia
menjadi sengsara
Kuda menyukai
sambal
Kereta beroda
empat
Orang benar
tak berdaya
beruntunglah
bagi yang lupa
beruntunglah
bagi yang ingat
Namun masih
lebih beruntung bagi yang waspada
|
Rawa-rawa mengering sebab ekologi dan
dikeringkan karena fungsi lahan dirubah secara besar-besaran. Iblis menjelma
sebagai manusia yang membawa kejahatan dibumi. Kemudian manusia banyak yang
lalai siapa dirinya. Maka beruntunglah orang yang tidak terbawa arus zaman
sebab menjaga diri.[118]
|
[119]
Akeh barang lumebu luweng
Akeh wong kaliren lan wuta
Akeh sing duwe wirang marang kepeksa
Wong tuku ngglenik sing dodol
Sing dodol akal-akal
|
Banyak barang masuk lubang
Banyak orang kelaparan dan buta
Banyak yang terkena malu karena terpaksa
Para pembeli membujuk penjual
Para penjual semakin banyak akalnya
|
Banyak barang dagangan/harta yang masuk lubang
atau ditimbun. Selain itu baris ini nampak menggambarkan situasi praktik
monopoli, manipulasi di masa penjajahan (1830-1945). Kekayaan hasil bumi
dirampas sehingga banyak orang kelaparan dan buta(bodoh). Banyak yang
terpaksa menanggalkan rasa malunya agar bisa bertahan hidup. Pembeli membujuk
penjual, penjual makin banyak akal. Bait ini menguatkan bait sebelumnya.
Bahwa inilah zaman perdagangan yang tidak adil, dimana terjadi kelangkaan
barang-barang kebutuhan pokok tanpa laporan yang membuat harga barang
melonjak tinggi/hiperinflasi di tahun 1965-1966.
|
[120]
Mula den
titenono
Semangsa
tanah Jawa mengku Ratu wes ora Bapa
Titikane
nganggo kethu bengi asesirih Ratu bengi
Pangapesane
wanita ayu ngiwiti
Ajejuluk
sarwa agung edi
|
[120]
Oleh karena itu simak dan perhatikanlah
Ketika tanah Jawa mempunyai Raja tak berayah
Tandanya memakai peci bergelar raja malam
Kelemahanya wanita cantik yang merayu-rayu
Bergelar serba agung dan mulia
|
Coba dengarkan dan perhatikan saat anak yatim menjadi pemimpin
negara. Ia memamerkan peci pada mata dunia dan takluk pada wanita dan di
sanjung-sanjung. Kriteria ini cocok dengan Ir Soekarno sebagai presiden RI
pertama.
|
0 komentar:
Posting Komentar