Jumat, 01 Mei 2015

Traslitrasi | Ramalan Jayabaya


Ramalan Jayabaya

 [117]

Mbesuk yen ana kreta lumaku tanpa turangga
Tanah Jawa kalungan wesi
Prahu lumaku ing dhuwur awang-awang
Kali gedhe ilang kedunge
Pasar ilang kumandange
Hiya iku pertandhane tekane zaman
Kababare jangka Jayabaya wus amprepeki

 [117]

Kelak bila ada kereta berjalan tanpa kuda
Tanah Jawa berkalung besi
Perahu berjalan di angkasa
Sungai besar hilang lubuknya
Pasar kehilangan gaungnya
Itulah tanda-tanda akan tiba zaman
   Dimana ramalan Jayabaya akan mendekati kenyataan

Akan tiba masa kereta atau kendaraan yang berjalan dengan tenaga mesin, bukan lagi dengan hewan ataupun manusia. Pulau Jawa berikut pulau-pulau kecil lainya dikelilingi rel-rel kereta api. Kapal benar-benar dapat terbang di atas awan. Sungai tak memiliki lubuk, sebab bendungan/waduk banyak dibangun dimana-mana. Pasar tradisional kehilangan kalah pamor dengan pasar moderen, seperti mall, plaza, minimarket, on-line shop. Inilah tanda-tanda saat ramalan Jayabaya segera menjadi nyata. Fenomena ini menjelaskan adanya babak baru perubahan sosial ekonomi masyarakat yang begitu drastis. [117]





















 [118]
Rawa dadi bera
Iblis anjalma manungsa
Iblis mendhilis
Manungsa sara
Jarang doyan sambel
Kreta arodha papat setugel
Wong bener thenger-thenger
Bejane seng lali
Bejane sing eling
Nanging iseh bejo seng waspadha
[118]
Rawa mengering
Iblis menjelma manusia
Iblis muncul dalam kejahatan
Manusia menjadi sengsara
Kuda menyukai sambal
Kereta beroda empat
Orang benar tak berdaya
beruntunglah bagi yang lupa
beruntunglah bagi yang ingat
Namun masih lebih beruntung bagi yang waspada

Rawa-rawa mengering sebab ekologi dan dikeringkan karena fungsi lahan dirubah secara besar-besaran. Iblis menjelma sebagai manusia yang membawa kejahatan dibumi. Kemudian manusia banyak yang lalai siapa dirinya. Maka beruntunglah orang yang tidak terbawa arus zaman sebab menjaga diri.[118]




[119]
Akeh barang lumebu luweng
Akeh wong kaliren lan wuta
Akeh sing duwe wirang marang kepeksa
Wong tuku ngglenik sing dodol
Sing dodol akal-akal


Banyak barang masuk lubang
Banyak orang kelaparan dan buta
Banyak yang terkena malu karena terpaksa
Para pembeli membujuk penjual
Para penjual semakin banyak akalnya
Banyak barang dagangan/harta yang masuk lubang atau ditimbun. Selain itu baris ini nampak menggambarkan situasi praktik monopoli, manipulasi di masa penjajahan (1830-1945). Kekayaan hasil bumi dirampas sehingga banyak orang kelaparan dan buta(bodoh). Banyak yang terpaksa menanggalkan rasa malunya agar bisa bertahan hidup. Pembeli membujuk penjual, penjual makin banyak akal. Bait ini menguatkan bait sebelumnya. Bahwa inilah zaman perdagangan yang tidak adil, dimana terjadi kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok tanpa laporan yang membuat harga barang melonjak tinggi/hiperinflasi di tahun 1965-1966.



[120]
Mula den titenono
Semangsa tanah Jawa mengku Ratu wes ora Bapa
Titikane nganggo kethu bengi asesirih Ratu bengi
Pangapesane wanita ayu ngiwiti
Ajejuluk sarwa agung edi
[120]
Oleh karena itu simak dan perhatikanlah
Ketika tanah Jawa mempunyai Raja tak berayah
Tandanya memakai peci bergelar raja malam
Kelemahanya wanita cantik yang merayu-rayu
Bergelar serba agung dan mulia
Coba dengarkan dan perhatikan saat anak yatim menjadi pemimpin negara. Ia memamerkan peci pada mata dunia dan takluk pada wanita dan di sanjung-sanjung. Kriteria ini cocok dengan Ir Soekarno sebagai presiden RI pertama.






0 komentar:

Posting Komentar